Nov 14, 2009

robot dan perasaan manusia

berkilo-kilo besi, beberapa helai kabel, beberapa kilo baja, dan yang gak ketinggalan chip, sebagai otak yang memerintah semuruh elemen-elemen tersebut supaya bisa bergerak, semakin canggih harganya semakin mahal, banyak yang terkagum-kagum pada kepintaranya, kini di negri sakura dia sangat terkenal, dengan balutan kimono cerah dia menyapa, dan berkomunikasi dengan kita, canggih bukan?? selain itu dia pun mudah diatur, tinggal lepas chipnya, program sesuai keinginan kita, maka diapun akan melakukan apa yang kita inginkan...


walaupun sama-sama bisa dibalut kimono cerah, menyapa, berkomunikasi dengan lancar, dan secara fisik kaum kita bisa dibuat mirip dengan dia, tetap saja berbeda, chip kita berupa akal berjalan otomatis, mampu memilih dan memilah mana yang haq dan bathil. Memperlakukannya pun harus sangat hati-hati, mengubah cara berfikirnya tidak semudah melepaskan chip lantas mengaturulang proramnya, untuk mengubah pola fikirnya butuh waktu yang lama, serta kesabaran yang besar, perilakunyapun tidak selalu mengikuti pola fikirnya, kadang didomonasi perasaan..

perasaan pada kaum seperti kita lebih sensitif dari apapun, bahkan retina bola mata sekalipun, banyak definisi mengenai perasaan, ada yang mengatakan itu adalah sensasi, ada juga yang menyebut perasaan adalah kata dan rasa yang ada dalam hati. Apapun definisinya, tetaplah itu sesuatu yang manusiawi, naluriah ada dalam diri kaum kita, manusia.

Perasaan inilah yang memperkuat nuansa marah, sedih, bahagia dan sebagainya, sensasi yang luar biasa yang timbul dalam diri setiap orang dan muncul akibat rangsangan dari sesuatu yang ada diluarnya.

inilah yang membedakan kita dengan tumpukan besi yang bergerak dengan arahan chip, bayangkan saat seorang ibu merawat anaknya tanpa sentuhan kasih sayang, bayangkan sepasang kekasih yang menjalani hari-harinya tanpa cinta, semua berjalan dengan kaku dan datar, mungkin bumi ini tak akan terlihat indah dengan warna birunya.

Diruang yang terbatas ini saya hanya ingin mengatakan.. kaum kita adalah kaum yang berwarna, setiap orangnya memiliki khas yang menarik, satu dengan yang lain tidak akan pernah sama, perlakukan mereka berbeda.. perlakukan mereka seperti manusia.

Nov 6, 2009

Tanah suci itu

Tiap jengkal tanahnya dikorbankan dengan darah2 umat ini, lantas apa pantas kami berbesar hati memberikan tanah ini pada mereka? belum lagi, mereka itu licik, anak-anak kami, perempuan kami, ibu-ibu hamil kami, dan para pamuda kami mereka jajah, mereka bunuh dengan mambabi buta dan tanpa belas kasihan,

sekarang mereka telah menguasai 90 % wilayah tanah kami, dan untuk itu entah sudah berapa nyawa warga kami yang meregang, bukan seratus, seribu, tapi lebih dari jutaan warga kami yang jadi tumbal. 

kami sungguh sedih, mereka yang mengaku seiman dengan kami serig berkata "umat ini satu tubuh, satu bagian yang meresakan sakit, maka bagian yang lain pun merasakan sakit" kenyataanya...

padahal dulu saat negri ini masih menjadi satu dengan negri-negri lain, kami begitu dilindungi, pemimpin kami saat itu betul-betul mempertahankan tanah ini, bahkan saat tanah ini sempat mau dibeli oleh musuh kami dengan harga yang tinggi, pemimpin kami berkata "aku tidak akan melepaskan tanah ini walaupn hanya sejengkal, karna ini bukan tanah ku, tapi tanah umat in...aku lebih rela menusukan pedang ke tubuhku dari pada melihat tanah ini dikhianati..." padahal kondisi pemimpin kami dan negri kami saat itu sangat memprihatinkan, tapi itulebih baik ketimbang kami harus melihat masjid kami dihancurkan sedikit demi sedikit, dan darah umat ini terus mengalir tanpa henti.

Hai... Kalian yang mengaku satu tubuh dengan kami, sungguh telah butakah mata kalian melihat kondisi kami? tulikah telinga kalian mendengar terikatan kami? atau bisaukah mulut kalian untuk menerikan pembebasan atas kami dan negri-negri semacam kami agar terbebas dari kondisi seperti ini??

sungguh diamnya kalian itu adalah bukti keberpihakan kalian pada musuh-musuh kami!!!

Oting dan Nanong

Diawali dari sms yang berbunyi “kita ke sanggar montekar jam 4, ketemuan di sayang” (sayang : salah satu daerah di jatinangor) akhirnya selesai solat ashar, langsung meluncur ke Griya (supermarket) buat milih-milih buah yang bakal dibikin parcel, selesai keliling-keliling, langsung meluncur lagi ke sanggar montekar, gak lama kemudian pasukan ikhwan datang juga, dan pa Supriatna (dewan petinggi Radio Bedja) keluar, mulai lah perbincangan yang bisa dibilang “basa-basi” pisss.. 

Sampai pada satu cerita yang cukup menarik, ternyata bapak yang umurnya lebih dari 50 tahun ini selama bertahun-tahun mengabdikan diri sebagai seorang pendidik, pernah suatu hari ia memiliki 2 orang murid SD, Oting dan Nanong, mereka berdua anak SD yang cerdas hanya saja lingkungan disekitar dan orangtua mereka masih menganggap pendidikan adalah hal yang tabu, sekolah tinggi dirasa tidak penting, lebih baik membantu orang tua disawah,

hmm.. sempat terlintas beberapa adegan film lascar pelangi.. wah luar biasa.. 


Nah melihat hal tersebut, jiwa pendidik pa Supriatna mulai berontak, panas, akhirnya dengan berbagai cara dari mulai pendekatan sama orangtua si murid dll, akhirnya Oting diperkenankan sekolah sampai melanjutkan STM, sedangkan Nanong, gagal untuk bisa melanjutkan sekolah, selepas SD ia membantu kedua orangtuanya dengan berjualan buah, awalnya dimulai dengan berjualan buah pikul, kemudian didorong dan akhirnya Nanong punya beberapa kios buah yang di kelola oleh saudara-saudaranya, ini semua gak lepas dari sifat Nanong yang rajin dan ulet. 

Nah btw Oting pa kabar? Tenyata si cerdas ini setelah lulus dari STM akhirnya menjadi….. (penasaran yahh ) pernah satu hari pa Supriatna berpapasan dengan Oting, Oting saat itu berpakaian kumal dan membawa babarapa perlengkapan pertukangan, ternyata Oting yang diharapkan dapat menjadi orang sukses oleh pa Supriatna saat itu akhirnya hanya sekedar menjadi buruh bangunan rumah baru Nanong, 


Wahh… lagi-lagi ko jadi inget laskar pelangi yah.. tapi masih binggung peran apa yang sesuai sama Oting n Nanong.. Jujur saja sesekali saya dan beberapa teman saya sempat cekikikan, gak tau kenapa ini cerita lucu banget, pa Supriatnapun memberi catatan, 
“kalo gituh bukan berarti untuk jadi sukses gak perlu sekolah, jujur saja saya sangat merasa bersalah sama Oting, kenapa dia yang dulu saya paksa untuk sekolah malah seperti ini” 
hening sementara, sayapun yang dari tadi cekikikan akhirnya termenung tanda berkabung (lho??), n I say “yah itumah udah rezekinya pa” 

Tapi tenyata cerita belum selesai pemirsa…
Oting yang kita kira hanya berakhir menjadi seorang buruh bangunan akhirnya melamar kerja di sebuah pabrik, sang atasan rupanya sadar kecerdasan yang dimiliki Oting, akhirnya jenjang karir Oting terus naik dan sempat dikirim ke Jerman oleh atasanya, dan sekarang Oting dan Nanong anak SD yang tinggal bersebelahan itu sukses dengan cara yang berbeda, tapi satu hal yang sama dari mereka, kerja keras yakin n optimis suatu hari nanti akan lebih baik… ^^

Happy ending yah

tapi gak happy'nya pas pulang dari sanggar montekar saya ujan-ujanan, dan dapet insiden jilbab masuk ke rantai motor lagih.. huftt

buat pa Supriatna : Thx ya pa cerita'nya inspiratif ^^

Nov 2, 2009

Meninggalkan sebuah status


Lihat kanan,lihat kiri, lihat atas, lihat bawah, lihat kedepan dan lihat kebelakang... semuanya bergerak, semuanya dinamis, lihat bumi selalu berputar-putar sembari memutari matahari, lihat awan selalu bergerah perlahan sembari membawa butiran-butiran kristal yang siap dilepas landaskan dipermukaan bumi, lihat pohon yang daun'nya selalu melambai-lambai seolah mengajak berteduh dibawahnya.

Alam ini sungguh suatu pembelajaran, mereka semua dinamis, yah itulah hukum alam'nya, ustad bilang itu sunatullah, menurutku itulah kehidupan,

seperti nafas perubahan yang tak pernah berhenti berhembus pada hidung seorang revolver.

transmutasi

selamat datang di dunia maya
cukup sudah semua kupinta
biarkan hariku terlahir sepi
sendiri kanku rangkai mimpiku

lepaskan imajinasi dunia
biarkan kuraih kembali semua

sampai nanti di dunia nyata
lelah ku merangkai cerita
biarkan diriku slalu bermimpi
sendiri kanku rangkai lirihku

[homogenic, transmutasi]